Ya setelah hampir setahun dalam masa penantian, akhirnya sedikit lagi arjunaku resmi meminagku sebagai pendamping hidupnya. Sebetulnya banyak sekali yang membuatku galau dengan status baruku ini. Status yang membuatku menjadi berbeda dalam hal tanggung jawab. Kekhawatiran selalu ada, mungkin sama bagi semua wanita di seluruh dunia ini. Tapi dibalik kekhawatiran ini, bibirku tak pernah bisa dikendalikan untuk selalu tersungging senyuman yang kata calon suamiku sangat maniz, hehehehe..
Bahagia sekali menanti saat-saat yang mendebarkan itu. Kira-kira apa yah kebiasaan buruk suamiku nanti yang mungkin tidak sreg dengan kemauanku? Tentunya sebagai istri yang solehah aku harus senantiasa menuruti segala kehendak suamiku tercinta. Jikalau kebiasaan buruknya menggangguku tentunya kewajibankulah untuk mengubahnya menjadi lebih baik. Hmmm... mampukah aku?
Malu, perasaan itu yang selalu mengusik sanubari ini. Malu kalau aku akan menjadi seorang istri, dipajang untuk diberi selamat, digoda saudara setelah selesai resepsi. Kira-kira jawaban apa yang harus kukeluarkan untuk mencounter semua serangan meraka yah? Hehehe, kayaknya aku pasti hanya bisa terdiam dan tersenyum malu deh.
Kembali aku mengingat kedua orangtuaku, kembali perasaan ini terusik dengan tetesan air mata. Tentunya nanti setelah menikah, aku harus mengikuti kemanapun suamiku pergi. Apalagi tuntutan pekerjaan suamiku yang seorang abdi negara mengharuskannya siap sedia menjalankan tugas dimanapun dia dibutuhkan. Apabila aku memperberat hatinya untuk menurutiku dekat dengan keluarga tentunya aku sangat berdosa bagi bangsa dan negara ini karena salah satu abdinya pasti berusaha menghindar dari tugas yang menyongsong di depan mata. Kiranya aku tak mendampinginya tentu aku tergolong istri yang durhaka. Lalu bagaimana dengan orang tuaku? Ah, sepertinya beliau justru akan lebih bahagia jika aku hidup rukun dengan suamiku dan memberikan mereka cucu-cucu yang lucu dan menggemasakan. Ohh.... akupun juga akan merasa bahagia dengan keluarga kecil kami nanti.
Ya Allah, semoga Engkau memberikan rahmat dan karunia yang berlimpah kepada kedua orang tua kami dan keluarga kecil kami, Amiiinn...
Malu, perasaan itu yang selalu mengusik sanubari ini. Malu kalau aku akan menjadi seorang istri, dipajang untuk diberi selamat, digoda saudara setelah selesai resepsi. Kira-kira jawaban apa yang harus kukeluarkan untuk mencounter semua serangan meraka yah? Hehehe, kayaknya aku pasti hanya bisa terdiam dan tersenyum malu deh.
Kembali aku mengingat kedua orangtuaku, kembali perasaan ini terusik dengan tetesan air mata. Tentunya nanti setelah menikah, aku harus mengikuti kemanapun suamiku pergi. Apalagi tuntutan pekerjaan suamiku yang seorang abdi negara mengharuskannya siap sedia menjalankan tugas dimanapun dia dibutuhkan. Apabila aku memperberat hatinya untuk menurutiku dekat dengan keluarga tentunya aku sangat berdosa bagi bangsa dan negara ini karena salah satu abdinya pasti berusaha menghindar dari tugas yang menyongsong di depan mata. Kiranya aku tak mendampinginya tentu aku tergolong istri yang durhaka. Lalu bagaimana dengan orang tuaku? Ah, sepertinya beliau justru akan lebih bahagia jika aku hidup rukun dengan suamiku dan memberikan mereka cucu-cucu yang lucu dan menggemasakan. Ohh.... akupun juga akan merasa bahagia dengan keluarga kecil kami nanti.
Ya Allah, semoga Engkau memberikan rahmat dan karunia yang berlimpah kepada kedua orang tua kami dan keluarga kecil kami, Amiiinn...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar